Oleh:
Zaphekeer Sina Otto
Aku tergugah
membaca sebuah artikle dari seorang murid di Indonesia yang menulis bahwa
dosen-nya meninggalkan ruangan kuliah setelah salah seorang murid bertanya
tentang perbedaan kelas yang diajarkan-nya dengan kelas lain. Bukankah ada
pepatah mengatakan “Malu Bertanya Sesat Di Jalan” Aku berpikir, dalam konteks
ruang kuliah, “Is there any question as a stupid question?” (Apakah ada
pertanyaan yang goblok?).
Gambar 1.
Suasana taman disekitar University of Campinas (UNICAMP), Brazil.
Aku
juga teringat waktu masih mahasiswa S1 dulu di Jakarta, aku selalu takut untuk
bertanya karena merasa takut dibilang bodoh oleh para dosen-ku. Acap kali (Note: Nggak Semua Dosen Lho!!), sang Dosen
suka marah2 ke murid (alias “Defensive”) kalo dia harus menjawab pertanyaan-nya
nggak di sukai-nya. Karena takut nggak lulus, aku selalu ber-hati2 kalo
berhadapan dengan Dosen “Killer” yang selalu sangar, sempurna, dan tak pernah bisa
salah. Tak jarang terdengar ucapan dari Dosen “Killer” dengan nada sebagai
berikut, “Kalian hanya bisa dapat angka 7, saya sebagai Dosen hanya bisa
maximum dapat angka 8, Malikat maximum dapat angka 9, dan hanya Tuhan yang bisa
dapat angka 10.” ……Seram kali Bah!
Gambar 2.
Gedung Fakultas Sains di University of Campinas (UNICAMP), Brazil.
Gambar 3.
Lorong di Institute Biologi, University of Campinas (UNICAMP), Brazil.
Mengingat balik, aku hanya bisa tersenyum-senyum
berfikir kenapa yah Dosen bisa2nya megucapkan kata2 seperti itu? Memang kami
murid2nya bukan orang sempurna, tapi Dosen-pun kan sama juga dia juga nggak ada
yang sempurna.
Gambar 4.
Taman di tempat penginapan pengajar tamu di University of Campinas (UNICAMP),
Brazil.
Pada
semester pertama di program pasca sarjana di US, aku juga selalu bungkem dan takut
bertanya karena takut salah. Tapi heran, Professor2 kami selalu sabar menjawab
semua pertanyaan teman sekelas walaupun pertanyaan-nya sangat mendasar atau kelihatan-nya
seperti petanyaan yang sangat dangkal. Para pengajar ini tak pernah tak mau
menjawab pertanyaan dan juga tidak pernah menunjukkan nada meremeh-kan
(“condescending”) ke murid-nya.
Gambar 5.
Kolam renang di tempat penginapan pengajar tamu di University of Campinas
(UNICAMP), Brazil.
Rupanya, pertanyaan tersebut men-stimulasi
Professor itu untuk berpikir dan menjawab secara systematis supaya murid-nya
nggak sesat di jalan belajar-nya. Akupun merasa malu dalam hati karena sudah
menghakimi teman sekelas-ku yang ku anggap bertanya pertanyaan-nya yang sangat
dangkal. Lambat laun, aku baru mengerti apa hakekat untuk bertanya dan belajar mengkostruksi
sebuah pertanyaan yang baik (How to ask a good question). “How to ask the right
or good question” adalah sesuatu yang kelihatan-nya gampang tapi sebenar-nya
sukar dilakukan.
Karena sudah menghakimi teman sekelas (dalam
hati), aku sadar dan mengingat nasehat mentor-ku, “In this life, don’t assume
anything, get the facts straight!” (“Dalam hidup ini, jangan selalu membuat
assumsi (ber-andai2), cari fakta2-nya yang benar dan lurus!”). Kejadian2 ini sudah
menebas keangkuhan-ku waktu itu dan mencoba kedepan supaya bisa berpikir lebih
jernih and kritis.
Gambar 6.
Pemandangan ke arah universitas dari tempat penginapan pengajar tamu di
University of Campinas (UNICAMP), Brazil.
Suatu hari, teman sekelas bertanya ke
Professor kami; sang Professor rupanya nggak tau jawaban dari pertanyaan ini. Setelah berfikir sejenak, Professor kami
menjawab, “I have never thought of that question. I don’t know the answer to
your question. I will find out the answer for you next time we meet.” (“Saya
belum pernah mikirin jawaban pertanyaan anda itu. Saya nggak bisa menjawab
pertanyaan anda saat ini. Nanti saya cari jawaban-nya dan akan saya jabarkan ke
anda semua pada waktu kita ketemu lagi nanti.”). Dalam hatiku, “Bah….…Professor
kok berani-berani bilang nggak tau jawaban pertanyaan murid-nya. Apa dia nggak
takut dia nanti dia dibilang nggak becus sama murid2-nya!!”
Setelah kami bertemu lagi, Professor kami
membagikan sebuah artikel kesemua murid2 dikelas; kemudian, dia menjawab
pertanyaan murid yang belum di jawab-nya. Dia menjabarkan semua fakta2 yang
mensupport jawaban-nya. Artikel yang dibagikan ke kami adalah salah satu artikle
yang menjawab pertanyaan murid tersebut.
Lagi2 alasan-nya, Professor ini nggak mau sembarangan menjawab
pertanyaan murid-nya (Istilah di Amrik, “He/She does not want to wing it!” atau
“Nggak mau asal jawab!”) karena dia tidak mau menyesatkan murid2-nya dalam
menggali ilmu. Yang jelas, kami se-kelas
(termasuk Professor kami) belajar hal baru yang asal-muasal-nya dari pertanyaan
seorang murid.
Sebagai manusia sudah lumrah kalau aku selalu
membanding2kan diri dengan orang lain. Mungkin, ini karena aku ingin mengangap
diri sendiri lebih baik dari orang lain. Atau, aku secara jujur pengen belajar
dari orang yang lebih baik tersebut.
Tapi yang tak bisa kupungkiri, teman2 sekelas orang Amrik rupanya
sudah terlatih dari kecil bahwa mereka tak takut bertanya dan tak takut diketawaiin
kalau pertanyaan mereka dianggap dangkal. Mereka nggak takut dicap dengan, “Huh…What
a stupid question? (Huh…Itu petanyaan yang begok?).” Ini disebabkan para Guru
selalu ber-prinsip, “There is no question is a stupid question” (Nggak ada
pertanyaan yang di kategorikan sebagai petanyaan begok). Alasan-nya, seorang
Murid, Guru, Dosen, dan Professor adalah manusia biasa2 dan tak mungkin dia mengetahui
segala-gala-nya. Untuk mendapat jawaban yang se-akurat mungkin, seseorang harus
ber-hati2 menjawab pertanyaan dengan melihat fakta2 yang ada.
Mengingat kembali ke-angkuhan-ku waktu
sebagai pelajar, aku hanya bisa tersenyum-senyum sadar. Banyak keangkuhan2-ku
yang sudah ditebas sejajar dengan tanah oleh pengalaman dan waktu. Aku sadar
bahwa, aku sebagai murid dan pengajar bukan orang yang sempurna. Yang jelas
sekarang setelah menjadi orang yang tugas-nya sebagai pendidik/pengajar, aku selalu
berusaha untuk melatih dan mendidik murid2-ku untuk bisa menanyakan pertanyaan
yang tepat dan jitu alias “How to ask the right or good question!” Aku mencoba mendidik mereka untuk selalu
mengecek semua jawaban2 mereka dengan fakta2 yang ada (Get the Fact Straight!!
and “Don’t Just Wing It! (kayak politician)”).
Yang pasti, aku sendiri masih percaya dengan
pepatah yang kudengar waktu SD, “Malu Bertanya Sesat Di Jalan!”
Salam Sejahtera dan Damai!
v.v
Tidak ada komentar:
Posting Komentar