Minggu, 15 November 2015

Mengajar Di Kampung Orang Dengan Bahasa Mereka


Oleh: Zapheeker Sina Otto

Sebagai “Teaching Assistant (TA),” aku mengajar laboratori kimia untuk murid2 S1 tiga kali seminggu (Senin, Rabu, dan Jumat). Mengajar di Amrik dengan bahasa Inggris yang bukan bahasa Ibuku (native language) sangat menguras energi yang cukup tinggi.  Di laboratori, aku harus berinteraksi secara intesif dengan sekitar 30 murid2 orang Amrik selama empat jam. Walaupun di Indonesia aku pernah bertugas sebagai laboratori Asisten, mengajar laboratory di Amrik sangat berbeda dan lebih sukar dari sebagai Asisten di universitas di Indonesia. Di Indonesia, setiap laboratori di awasi oleh satu atau dua Dosen pengawas dan empat laboratori Asisten; sebaliknya, seorang “Teaching Assistant” seperti aku di Amrik, mengajar 30 murid2 sendirian. Tugas-ku sebagai asisten untuk mengajar mereka tentang teori2 dasar dari experiment yang akan mereka lakukan dan mengawasi mereka sewaktu melakukan experiment.  

Selain mengawasi murid2 melakukan experiment, aku juga harus memeriksa dan menilai laporan2 murid2 ini. Menilai laporan2 mereka memakan waktu yang cukup banyak karena aku memeriksa sekitar 90 laporan per minggu. Sebagai anak Indonesia yang baru datang ke Amrik dan baru menggunakan bahasa Inggris secara intesif setiap hari, aku merasa sangat lelah setelah selesai mengajar laboratori. Untuk mempersiapkan mengajar laboratori, aku membutuhkan waktu tiga kali lipat dibandingkan anak2 Amrik, karena  mereka “Native English Speakers.” Sebagai TA kami mendapat gaji untuk biaya hidup dan disamping mengajar akupun harus mengambil kuliah mata pelajaran S3 dan melakukan riset untuk dissertation ku.

Suatu hari di laboratori, aku menerang-kan reaksi kimia yang akan kami lakukan sore itu. Sambil ngomong, aku menulis di papan tulis, “Add phenol dan NaOH.” Lalu salah satu murid ku bertanya , “Mr. Jabilik, what is “D…A…N”? (translasi: Apa arti kata ”D..A..N” itu?).” Rupanya otak-ku masih berlanglang buana di Medan.  Kutepuk jidad-ku dan berkata, “I am so sorry. I meant to say “Add phenol and NaOH (translasi: tambah fenol dan NaOH.” Kemudian kujelaskan bahwa kata “D…A..N” dalam bahasa Indonesia sama dengan kata “A…N...D” dalam bahasa Inggris. Lalu murid2ku pada ketawa tebahak bahak.

Setelah beberapa bulan berlalu, aku pun terbiasa mengajar dengan meggunakan bahasa Inggris. Adaptasi bahasa sehari hari memang memakan waktu, aku pernah mendengar seseorang mengatakan bahwa, “You know that you have naturally adopted a language when you are currently dreaming in that particular language even though the situation of your dream occurs in your native country.” Tanslasi bebas: Anda menyadari bahwa anda sudah sepenuhnya mengadaptasi bahasa asing kalau anda bermimpi dengan menggunakan bahasa asing tersebut walaupun situasi yang dalam mimpi anda berada di kampong halaman anda. Ini memang betul2 ku alami. Setelah aku enam bulan di Amrik, aku selalu bermimpi ber-kongkow-kongkow dengan sanak saudara di Indonesia, tetapi di mimpi ini kami semua memakai bahasa Inggris walaupun aku tau mereka nggak bias berbahasa Inggris.

Sangat menarik kalau di pikir2 bagaimana otak kita bisa berkerja dalam mentranslasi informasi di bahasa2 yang kita ketahui.

Salam Sejahtera dan Damai!

v.v


Tidak ada komentar:

Posting Komentar