Oleh:
Zapheeker Sina Otto
Ditulisan
ini, aku mencoba memberikan perspektif (My two cents) tentang Perguruan Tinggi
(PT) dari sisi pengalaman di Amrik yang juga menggunakan Tridaharma PT dengan
menjalankan keseimbangan antara Mengajar (Teaching), Riset (Research) dan Pengabdian
Masyarakat (Service). Setiap Professor di PT di Negeri mempunyai tugas
melaksanakan Tridharma PT dan juga untuk mendidik mahasiswanya supaya bisa
memberikan kontribusinya yang positive ke masyarakat secara langsung dan tidak
langsung dimasa depan.
Mengajar (Teaching):
Mengenai Teaching, terkadang pengajar (Dosen) bisa terjebak dalam proses yang hanya peduli untuk melimpahkan materi-materi yang di sebutkan di kurikulum dengan tanpa peduli apakah mahasiswa kita bisa menyerap dan menganalisa materi-materi yang diberikan. Dalam hal ini, dosen bisa membuat situasi "information overload" ke mahasiswanya. Menurut pengalaman, Power Point (PPT) presentation bisa menjadi salah satu penyebab dari "information overload" dan mahasiswa yang hanya pasif mendengar dosen di depan kelas (seperti nonton TV). Apalagi kalo pelajaran yang pake banyak rumus2 (equations). Studi di Amerika Serikat menunjukkan adanya kecenderungan bagi mahasiswa untuk tidak bisa lagi untuk mencatat pelajaran kuliah "note taking" karena banyak Professors yang memberikan fotokopi power point nya ke mahasiswa. Ini bukan berarti memberikan kuliah dengan Power Point adalah metode yang tidak baik; sebaiknya, Power Point presentation di kombinasikan dengan diskusi dan problem solving session untuk mengasah analytical skills dari mahasiswa kita.
Menurut pengalaman
ku, sebagian dari murid S3 (PhD candidate) yang baru diterima di department
kami biasanya mengalami "adjustment period" dalam metode belajarnya.
Ini disebabkan oleh metode pengajaran di undergraduate yang selalu memberikan
informasi yang sifat nya "information dumping.” Akibatnya murid-murid
hanya bisa mem-beokan (regurgitate) apa yang sudah dihafalkannya tanpa bisa
menjelaskan latar belakang informasi yang di-beo-kannya. Biasanya kita bisa cepat
mengidentifikasi kalau murid ini hanya pembeo. Kalau kita memberikan persoalan
yang membutuhkan synthesa dari dua atau tiga theori dia langsung mentok!!! dan
tidak bisa mensynthesa theori-theori dasar yang harus digunakan untuk
menyelesaikan "problem" yang diberikan. Jadi diharapkan, dosen bisa
melatih mahasiwanya untuk bisa memecahkan persoalan baru yang mahasiswa tersebut
belum pernah dengar.
Riset (Research):
Riset (Research):
Keaktifan pengajar di PT melakukan research merupakan salah satu pendorong untuk menstimulasi culture belajar yang dinamis di PT. Sayangnya, melakukan research membutuhkan dana yang cukup besar. Jadi mengharapkan dosen untuk melakukan research tanpa adanya dana dan fasilitas untuk menyokong aktifitas ini akan merupakan mimpi saja. Peranan research adalah sangat penting, karena dengan melakukan research-lah dosen-dosen ini bisa menggunakan kemampuan berfikir utuk mendapatkan solusi dari "research problem" yang di kejar-nya. Dengan melakukan research, dosen ini akan berlajar "cutting edge science" di bidang yang ditekuninya.
Dengan
melakukan “original research,” para dosen mentranslasi yang ditekuninya dalam
waktu dia mengajar di ruang kuliah. Jadi dosen ini tidak hanya bisa membaca
text-book dan mem-beo-kan isi text-book ke murid nya. Yang diharapkan, dosen ini
juga bisa meng-integrasi apa yang dia pelajari melalui research-nya ke mata
kuliah yang diberikannya. Keterlibatan murid-murid dalam melakukan research
adalah salah satu pengalaman baik bagi mahasiswa untuk meng-applikasi apa yang
sudah dipelajari-nya di ruang kuliah. Kearifan intuitif hanya bisa diasah dalam
proses kegagalan-kegagalan yang banyak ditemukan sewaktu melakukan research
yang dituju.
Pengabdian Masyarakat (Service):
Pengabdian Masyarakat (Service):
Salah satu “role” yang penting dari PT adalah pengabdian masyarakat seperti bidang pendidikan, ekonomi, dan kesehatan. Contohnya, PT bisa membantu “economic development” dengan melakukan research atau kolaborasi dengan industri untuk mengembangkan produk atau process tertentu dengan tidak menghambat pendidikan mahasiswa. Kolaborasi industri “can be tricky, but it can be done”, karena industri is motivated by profit. Contoh lain, research di university bisa ditujukan untuk menigkatkan kesejahteraan masyarakat secara langsung (e.g., medicine) dan secara tidak langsung (e.g., development of catalyst, enzyme atau chemical process). PT bisa juga megorganisir symposium and short-courses yang bisa membantu komunitas sekitar-nya untuk meningkatkan pengetahuan dan pendidikan di bidang tertentu. Salah satu contoh, PT bisa mengajak guru-guru SMA di bidang science (i.e., kimia, fisika) untuk melakukan research di PT bersama-sama dalam waktu singkat (3 bulan). Pengalaman ini bisa meningkatkan kualitas pengajaran science di SMA. Keterlibatan mahasiswa dalam "service component" ini juga merupakan salah satu aspek pendidikan dari mahasiswa kita. Keterlibatan dalam service aspek dapat membuka pemikiran mahasiswa kita diluar bidang yang dipelajarinya (i.e., improving organizational, communication and interpersonal skills).
Akhirnya, motivasi seseorang untuk masuk perguruan tinggi memang ber-beda-beda. Kenaikan pangkat atau jabatan seseorang yang tidak berdasarkan kemampuan-nya tetapi berdasarkan gelar yang disandang mungkin merupakan salah satu motifasi seseorang untuk mendapatkan gelar dari PT. Yang diharapkan, seorang sarjana (penyandang gelar) harus bisa mempertahankan gelarnya di tempat dimana dia bekerja dan di masyarakat. Jadi dia menyandang gelar bukan hanya “on paper.” Salah satu tugas PT adalah untuk menstimulasi dan melatih mahasiswanya untuk menjadi “pelajar sejati” dan bukan hanya bisa untuk men-transferkan informasi. Diharapkan, mahasiswa-mahasiswa ini bukan pem-beo informasi tetapi sanggup berpikir dibawah kaki sendiri (can think on their feet!!!).
Salam
Sejahtera!!
v.v
Tidak ada komentar:
Posting Komentar